UA-37422325-1 Novi Wijayanti: Papa, Kembalikan Tangan Ita

Rabu, 02 Januari 2013

Papa, Kembalikan Tangan Ita


Sebuah kisah untuk dijadikan pengalaman sebagai pelajaran. sebagai orang tua kita patut juga menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati. Khususnya pada anak-anak yang masih kecil dan tak tahu apa-apa. Mengajar dengan cara memukul bukanlah cara terbaik.

Berikut kisah nyatanya:
Sepasang suami istri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak untuk diasuh pembantu rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggak pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Sendirian dirumah, dia sering dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja.

Dia bermain di luar rumah, bermain ayunan, berayu-ayun di atas ayunan yang dibelikan oleh papanya, ataupun memetik bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru milik ayahnya. Ya.. karena mobil itu berwarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Pada hari itu Ayah dan Ibunya mengendarai sepeda motor ke tempat mereka bekerja karena alasan jalan macet. Setelah sang anak mencoret penuh sisi yang sebelah kanan dia beralih ke sebelah sisi kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambar dirinya sendiri, lukisan ayam, kucing, bebek dan lain sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian itu belangsung tanpa disadari si pembantu rumah.

Pulang peteng itu, terkejutlah ayah dan ibunya melihat mobil yang baru dibeli seatahun dengan angsuran. Si ayah yang belum masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?" Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari ke luar. Dia juga beristighfar, mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.

Sekali lagi diajukan pertanyan keras kepadanaya, dia terus mengatakan "Tidak tahu...!". "Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?" hentakan si tuannya itu. Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Ita yang membuat itu papa... cantik kan!" katanya sambil memeluk papanya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depan rumahnya, terus dipukulinya berkali-kali ke telapak tangan anaknya.

Si anak yang tak mengerti apa-apa tertolong-tolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu hanya mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa? Si  Ayah cukup keras memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.

Setelah si ayah masuk rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka-lukanya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak kecil itu tiidur bersama Pembantu rumah.

Keesokan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumaha mengadu."Oleskan obat saja!" jawab tuannya, ayah si anak kecil itu. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anaknya itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon bertujuan untuk memberi pelajaran kepada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari selalu bertanya kepada pembantu rumah. "Ita demam.." jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum obat penurun panas," jawab si ibu.

Sebelum si bu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya sedang dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup kembali pintu kamar pembantunya. Memasuki hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita sangat panas."Sore nanti kita bawa ke klinik" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan Ita dirujuk ke Rumah Sakit karena keadaannya serius. Setelah seminggu dirawat inap, dokter memanggil ayah dan ibu anak itu.

"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena gangren yang terjadi sudah terlalu parah.
"Tangannya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah" kata dokter.

Si ayah dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul sang anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata istrinya, si ayah terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kenudian kewajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat semuanya menangis. Dalam sisaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.

"Papa..Mama.. Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau dipukul papa. Ita tak mau jahat. Ita sayang papa.. sayang mama." katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

"Ita juga sayang kak Narti.." katanyamemandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis itu meraung histeris.

"Papa kembalikan tangan Ita.. untuk apa diambil.. Ita janji tidak akan mengulanginya lagi..! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi," katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

Cerita di atas merupakan pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah nyata ini, bahwa kekerasan bukan tindakan yang baik untuk mendidik.
Bahkan apabila kekerasan diterapkan akan menyebabkan kesalahn yang sangat fatal. Didiklah anak, adikmu dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang..

Silahkan kunjungi linkku ya http://noviwijayantisipp.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar